Omzet SPPBE Menurun
Dampak Mencuatnya Kasus Ledakan Tabung Gas KUNINGAN - Mencuatnya kasus ledakan tabung gas di sejumlah daerah, ternyata berdampak buruk kepada para pengusaha Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) 3 kg. Owner SPPBE PT Puspita Cipta Kuningan, H Rokhmat Ardian mengakui hal tersebut. Ia mengaku omzet SPPBE yang dikelolanya menurun. ”Omzet kami turun sampai 10 persen. Misalnya, biasa 30 ton menjadi 28 ton. Penurunan itu pastinya dampak dari kasus ledakan gas di beberapa daerah. Dengan begitu, masyarakat menjadi takut,” ungkap Ardian, didampingi Manajer SPPBE PT Puspita Cipta, H Toto Suprapto kepada Radar, Minggu (11/7). Sejauh ini, menurut dia, tidak ada ledakan yang bermula dari tabung gas. Hampir semua ledakan diawali oleh kebocoran regulator dan selang gas, karena aksesoris tabung gas tersebut tidak memiliki sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI). Menurut Ardian, masih banyak masyarakat belum memahami penggunaan gas yang aman. Dalam penggunaannya juga terkadang tidak menggunakan kontrol, terutama kontrol mengenai kondisi aksesoris tabung gas. Apalagi yang tidak ber-SNI. Aksesoris itu murah tetapi cepat rusak. Dan, hal itu jarang sekali disadari oleh para pengguna gas elpiji 3 kg. ”Jadi kedepan masyarakat harus berhati-hati. Sering-seringlah mengontrol kondisi regulator, selang gas termasuk tabungnya,” imbau pengusaha muda ini. Di dalam SPPBE PT Puspita Cipta sendiri kata Ardian, pihaknya tidak akan main-main. Ia selalu bersikap tegas kepada setiap pegawai yang ceroboh. Jika ditemukan pegawai yang bertindak ceroboh, Ia tidak akan segan untuk langsung memecatnya. Keamanan di dalam SPPBE juga menjadi jaminannya. Selain memasang rambu-rambu peringatan mulai dari masuk gerbang SPPBE sampai area Filling Hall, keamanan pegawai juga menjadi yang utama. Sebelum masuk Filling Hall, pegawai harus menggunakan sepatu dan helm pengaman. Begitu pada proses pengisian dan pengangkutan tabung gas dibuat mekanisme sangat tertib. ”Pertama kali truk agen datang sudah harus daftar antrean. Tabung-tabung diambil langsung oleh trolli. Jadi tidak ada tabung yang dilempar-lempar oleh pegawai. Tak kalah penting, sesudah pengisian, tabung gas dicelupkan dulu ke air untuk mengecek bilamana ada kebocoran. Setelah aman, baru diangkut,” papar dia. Ia tidak memungkiri bahwa SPPBE-nya seringkali menerima tabung gas rusak dan sudah bocor dari agen dan masyarakat untuk diganti ke Pertamina. Sejauh ini operasional SPPBE yang dikelolanya, diperkirakan sudah ada seribuan lebih tabung gas yang sudah tidak layak. ”Tabung rusak atau bocor kita kembalikan ke Pertamina untuk diganti. Pastinya, kebocoran tabung gas tidak berasal dari SPPBE, tetapi dari pemakai. Kalau dari SPPBE, kami menjamin aman,” ungkap Ardian. Apalagi sambung Ardian, setiap satu pekan, SPPBE mendapat inspeksi ketat dari tim pemeriksa PT Pertamina. Tim memeriksa seluruh keberadaan SPPBE. Mulai keamanan karyawan di area Filling Hall, penggunaan Rubber Seal, uji kebocoran pada air drum, tersedianya kotak P3K, kebersihan area SPPBE terutama Filling Hall, hydran, APAR (alat pemadam api ringan), loading bay, ruang genset dan rumah pompa. Selanjutnya, mesin evakuasi, bantalan karet di area Filling Hall dan trolli untuk memudahkan bongkar muat tabung gas. ”Alhamdulillah SPPBE kami bahkan sudah dijadikan SPPBE percontohan, karena memang kami tidak main-main dengan ini,” tandasnya. (tat) foto : tatang ashari PERKETAT ATURAN. Owner SPPBE PT Puspita Cipta H Rokhmat Ardian menunjukan papan peringatan disekitar area Filling Hall agar seluruh pegawainya bekerja profesional, kemarin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: